Senin, 28 Juni 2010

this is the simple me

Ingin bercerita tentang masa-masa ketika saya masih lugu dan sangat pemalu tapi tetap manis lah hehe dengan seragam putih abu-abu yang kadang kedodoran. Tak terasa sudah kurang lebih tiga tahun menanggalkan seragam itu, tapi *rasanya baru kemarin*. Ini adalah perasaan yang kadang menggorogoti jiwa saat teringat akan waktu *rasanya baru kemarin*, sedikit sedikit *rasanya baru kemarin*. Ternyata waktu memang sudah sangat cepat berlalu. Tapi saya tak ingin bercerita tentang waktu disini...

Baru beberapa saat setelah membuka lembar demi lembar coretan-coretan tangan ini saat masih berstatus siswa SMA. Diri ini sadar ternyata dari dulu saya memang pandai merangkai kata (haha) memuji diri sendiri dulu lah. Begitu banyak kejadian yang tak mampu terekam oleh ingatan yang saya miliki. Untung ada tulisan yang mampu mengingatkan dan membuat saya kadang tersenyum-senyum sendiri bahkan sampai tertawa terguling-guling saat membacanya *
lebay mode on*

oke lets begin!!!! (bringit)

Pagi itu, seperti biasanya, setelah terbangun lebih tepat dibangunkan paksa aku mulai tergesa-gesa untuk segera berangkat ke sekolah. Entahlah mengapa saat pagi datang mata seperti ingin terpejam saja terus menerus, kepala terlem di bantal dan badan seperti terikat di kasur (doh). Dan akan segera bangun setelah terdengar teriakan 'wooii sudah jam setengah tujuh mau ke sekolah tidak!!!'

Woh 06.30, bel bunyi 07.30, jarak rumah dan sekolah lumayan jauh, angkot normal 30 menit, belum kalo angkotnya singgah-singgah ambil penumpang (doh). Bagaimana tidak dikenal ma guru-guru "
si tukang telat"

Lanjuut...
Pagi itu setelah bersiap-siap dengan sangat tergesa-gesa, merasa semua telah siap dari pakaian hingga bawaan *
tas dan sebagainya* beranjaklah aku untuk segera menunggu angkot

di dalam angkott
beberapa menit sebelum sampai di sekolah, biasanya sudah menyiapkan uang buat bayar angkot, waktu itu kalo tidak salah 1000 rupiah.. Baru teringat, perasaanku mulai tak enak... Yak!! aku lupa bawa uang...
maaa... seribu rupiah pun, bahkan seratus rupiah pun tak ada,
Ya Allah, jarak untuk sampai di sekolah tinggal beberapa menit lagi, di dalam angkot tinggal aku berempat sama supir, aku, musuh bebuyutan saat SD dan ayah dari musuh bebuyutan itu...
Apa yang harus kulakukan , meminjam padanya? ogah mana ada ayahnya lagi... Setelah satu menit memutar otak, ku pastikan aku jujur saja!!!

sampai di depan sekolah
aku turun dengan jantung yang berdebar tidak seperti biasanya.. setelah melihat sekilas penumpang yang tersisa dan dengan memasang muka yang lugu aku langsung memberitahu pak sopir:
"Maaf Pak saya lupa bawa uang, besok saya bayar"
ngacir..

tak sanggup lagi melihat ekspresi mereka...

Oh tuhan, betapa hari yang memalukan..
Bukan hanya itu saja.
Pernah sekali aku naik angkot, ditengah jalan pulang ke rumah, kaca belakang angkot yang aku tumpangi pecah, runtuh. Sepanjang jalan di tertawai oleh-oleh orang-orang yang sempat melihat kami yang ada di dalam angkot itu. Bagaimana tidak, para pelajar-pelajar ini menumpangi angkot tanpa kaca belakang, kasihan, mungkin dipikiran mereka tak ada lagi angkot lain yang bisa kami tumpangi..


Tapi dari sebagian besar kejadian itu saya dapat mengambil sedikit ibroh, setidaknya untuk tidak malu mengatakan sebuah kejujuran. Yah menempatkan malu pada tempat yang sesuai. Karena malu memang punya tempat sendiri, itulah sebabnya putri malu hanya mengatupkan daunnya saat disentuh.. (^_^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lihat Juga